Sejarah dan Perkembangan Hubungan Bilateral Indonesia — Korea Utara
Delegasi pelajar dan ahli yang berasal dari delapan negara Asia — Kamboja, Myanmar, Indonesia, Filipina, Thailand, Vietnam, dan Selandia Baru — akan mengunjungi Korea Utara minggu ini. Mereka dijadwalkan bertemu Perwakilan Korea Utara untuk membahas isu-isu penting di wilayah tersebut. “Tujuan dari kunjungan ini adalah untuk melibatkan DPRK (Republik Demokratik Korea Utara) dalam membahas isu-isu kontemporer yang dihadapi oleh kawasan,” Klaim pernyataan yang dirilis oleh FPCI pada hari Rabu (28/3). Ia juga menyatakan bahwa masalah yang dibahas akan berfokus kepada topik perkembangan ekonomi. Kunjungan ini berlangsung dari 3–7 April yang diselenggarakan oleh Universitas Kim Il-Sung, Pyongyang. Mantan Deputi Menteri Luar Negeri Indonesia, Dino Patti Djalal, inisiator dan pemimpin secara de-facto dari kunjungan tersebut, mengatakan bahwa para delegasi bertujuan untuk berbagi pengalaman negara masing-masing selama pertemuan. Diharapkan bahwa kesepakatan bersama akan keluar dari kunjungan ini, membangun hubungan antara negara-negara yang terlibat.
Hubungan bilateral Indonesia-Korea Utara sesungguhnya terjalin dengan baik bahkan sejak tahun 1960an. Meskipun terdapat berbagai sanksi internasional yang dikenakan kepada Korea Utara selama bertahun-tahun karena penolakannya terhadap beberapa kebijakan internasional, Indonesia tetap mempertahankan hubungan diplomatiknya dengan Korea Utara. Hubungan tersebut dimulai pada tahun 1961, kembali di masa kepresidenan Soekarno, ketika kedua negara menjalin hubungan diplomatik dan terus memiliki representasi resmi di ibukota masing-masing. Pada tahun 1965, Pemimpin Korea Utara yang pertama, Kim Il-Sung mengunjungi Indonesia. Bahkan, Presiden Soekarno saat itu mengajaknya berkeliling di Kebun Raya Bogor dan terdapat satu bunga anggrek dari Makassar yang menarik perhatian Kim II-Sung. Hingga saat ini, bunga tersebut dinamai Kimilsungia oleh Presiden Soekarno dan menjadi suatu simbol persahabatan. Lalu pada 2002, Megawati Soekarnoputri berkunjung ke Pyongyang sebagai presiden yang menjabat saat itu. Namun, prinsip menjunjung perdamaian dunia oleh Indonesia tetap dipegang erat. Indonesia tetap secara terbuka mempertahankan posisinya atas denuklirisasi dan telah mengutuk uji nuklir yang terus dilakukan oleh Korea Utara. Indonesia menggunakan hubungan eratnya untuk menjaga perdamaian, keamanan dan stabilitas di Semenanjung Korea melalui jalur diplomasi dan negosiasi.
—
Siti Rochmah Aga Desyana (FH 2016) & Pandu Rizky (FH 2016)