Gambaran Umum Perkembangan Hubungan Korea Utara dan Korea Selatan

FPCI Chapter Unpad
4 min readMay 29, 2018

Sudah sekitar 68 tahun semenjak Perang Korea dimulai, konflik di Korea merupakan salah satu perang terpanjang dalam sejarah. Walaupun perang militer sudah berakhir pada 1953, hingga saat ini tidak ada peace treaty yang disepakati secara formal oleh Korea Selatan maupun Korea Utara. Hingga saat ini terdapat banyak perkembangan dari konflik yang terbentuk semenjak 1950 tersebut.

Diawali pada tahun 1945, dimana okupasi Jepang terhadap Korea yang sudah berlangsung selama 35 tahun diakhiri dan digantikan dengan pengaruh dua blok besar pada saat Perang Dingin, Uni Soviet dan Amerika Serikat. Korea pun mulai terbagi dua dengan ideologi dan sistem pemerintahan yang berbeda. Pada tahun 1948, pemilihan umum pun diadakan di selatan Republic of Korea (ROK) dibawah pengaruh Uni Soviet dan Democratic People’s Republic of Korea (DPRK) dibawah pengaruh Amerika Serikat. Lalu pada 1950, terdapat invasi militer dari Korea Utara ke bagian selatan setelah adanya deklarasi kemerdekaan dari Korea Selatan. Kekuatan eksternal seperti AS dan Cina pun mulai mengintervensi. Kejadian ini menandakan berawalnya Perang Korea yang berlangsung selama 3 tahun. Perang ini berakhir pada 1953 dengan adanya gencatan senjata, namun secara teknis kedua negara ini masih berperang. Terdapat Demilitarized Zone (DMZ) pada paralel ke 38 di Korea sebagai batas antara Korea Utara dan Korea Selatan.

Terdapat beberapa teror dari Korea Utara kepada Korea Selatan dalam perkembangan konflik ini. Konflik semakin meningkat pada tahun 1974 dimana simpatisan dari Korea Utara berupaya untuk membunuh Presiden Korea Selatan Park Chung-hee pada saat pidatonya, namun percobaan ini justru membunuh istrinya. Chung-hee akhirnya meninggal karena dibunuh pada 1979 pada saat acara makan malam di Korean Central Intelligence Agency (KCIA) dari kekuatan didalam pemerintahannya, yaitu direktur dari KCIA serta kepala keamanan Chung-hee. Kejadian ini dikenal dengan kejadian 10.26 di Korea Selatan. Tahun 1983 juga terdapat bom dari penduduk Korea Utara yang mencoba membunuh Presiden Korea Selatan Chun Doo-hwan di Burma (sekarang Myanmar). Percobaan ini membunuh 4 menteri dari Korea Selatan serta terdapat 16 orang lainnya yang terbunuh. Teror ini tidak berakhir karena pada 1987, agen dari Korea Utara meledakkan bomnya pada Korean Air Flight 858 dalam perjalanan ke South Korean Olympics dan membunuh seluruh 115 orang yang ada di pesawat tersebut. Pada 1994, pemimpin Korea Utara meninggal dunia karena serangan jantung. Meninggalnya Kim Il-Sung ini mengacaukan stabilisasi di wilayah utara dan akhirnya digantikan oleh anaknya, Kim Jong-Il pada 1997.

Beberapa konflik militer terjadi pada tahun 1999 dimana adanya pertempuran laut pertama semenjak Perang Korea di perbatasan Laut Kuning. Pertempuran laut ini juga terjadi pada tahun 2002 dan menenggelamkan kapal Korea Selatan, padahal saat itu Seoul sedang menjadi tuan rumah atas pertandingan sepak bola dunia, World Cup. Pada pertempuran ini, sekitar 13 masyarakat Korea Utara meninggal. Pertempuran di wilayah yang sama bahkan masih terjadi pada tahun 2009 dimana adanya baku tembak oleh kedua belah pihak. Pada tahun 2010 juga terjadi ledakan di Cheonan, korvet Korea Selatan. Beberapa saat setelahnya terdapat investigasi dari tim multinasional bahwa Cheonan ditenggelamkan oleh torpedo yang diluncurkan oleh kapal selam Korea Utara. Di tahun yang sama, Korea Selatan memotong kerjasama perdagangannya dengan Korea Utara dan melarang kapalnya berlayar di perairan Seoul. Beberapa bulan setelahnya juga terjadi baku tembak di perbatasan kedua negara yang meningkatkan tensi sebelum pertemuan pemimpin negara-negara G20 di Seoul.

Meskipun terdapat banyak konflik militer, usaha untuk hubungan yang lebih baik juga dilakukan oleh satu atau kedua belah pihak. Pada 1998, telah diadakannya Sunshine Policy oleh Presiden Korea Selatan Kim Dae-Jung untuk membentuk hubungan yang lebih baik dengan Korea Utara. Sunshine Policy ini berdasar kepada prinsip bahwa tidak adanya provokasi militer dari Korea Utara yang akan ditoleransi namun Korea Selatan akan aktif dalam mengembangkan hubungan-hubungan kerjasama. Inisiasi presiden ini memperoleh Penghargaan Nobel pada tahun 2000 atas implementasinya yang terbilang sukses. Inisiasi ini juga berefek kepada diadakannya Inter-Korean Summit 2000 di Pyongyang, Korea Utara, dimana pemimpin Korea Selatan dan Korea Utara bertemu untuk pertama kalinya semenjak 1948. Pertemuan ini menghasilkan North-South Joint Declaration yang menyebabkan banyaknya anggota keluarga yang akhirnya bertemu setelah terpisah jarak begitu lama. Inter-Korean Summit ini berlanjut pada 2007 yang membicarakan mengenai isu nuklir serta proyek hubungan kerjasama ekonomi di Pyongyang, Korea Utara. Korea Utara memang begitu menjadi perhatian dunia atas percobaan nuklirnya yang pertama kali diluncurkan pada 2006. Lalu akhir-akhir ini baru saja diadakan Inter-Korean Summit yang ketiga kalinya pada 27 April 2018 lalu. Berbeda dengan kedua pertemuan sebelumnya, Inter-Korean Summit 2018 ini diadakan di Joint Security Area, Korea Selatan. Pada pertemuan ini, pemimpin Korea Utara menginjakkan kakinya di teritori Korea Selatan untuk pertama kalinya semenjak akhir Perang Korea 1953. Sebaliknya, Presiden Korea Selatan juga menginjakkan kakinya di teritori Korea Utara. Ide dari pertemuan ini pertama kali diusung melalui undangan resmi oleh Korea Utara. Pertemuan ini berfokus pada program senjata nuklir Korea Utara serta denuklirisasi atas Korean Peninsula yang akhirnya menghasilkan deklarasi bernama Deklarasi Panmunjom.

Pada tahun ini, selain telah adanya pertemuan Inter-Korean Summit 2018, Korea Selatan dan Korea Utara berjalan bersama dibawah satu bendera pada 2018 Winter Olympics si Korea Selatan. Lalu, bagaimanakah kelanjutan hubungan dari kedua negara ini? Apakah terdapat kesempatan atas adanya reunifikasi dari kedua negara? Serta bagaimanakah Inter-Korean Summit 2018 mempengaruhi stabilitas di Korea Peninsula dan di dunia? Untuk mengetahui dan mendalami jawabannya, hadiri acara Policy Dialogue yang akan diadakan pada 30 Mei 2018 mendatang di Bale Rumawat, Dipati Ukur.

Info lebih lanjut mengenai Policy Dialogue, kunjungi laman media sosial FPCI Chapter Unpad di instagram @fpciunpad. Segera daftarkan dirimu dan sampai jumpa!

Hanifa Zama Dinnata (FISIP 2016)

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

FPCI Chapter Unpad
FPCI Chapter Unpad

Written by FPCI Chapter Unpad

We are a student-led organization based in Universitas Padjadjaran which concerns about foreign policy, international relations, and global issues.

No responses yet